Biasanya hate speech itu berisikan komunikasi yang meremehkan individu ataupun kelompok. Hate speech biasanya ada pada setiap pidato, sikap, perilaku, menulis, ataupun suatu gambar yang dapat memicu kekerasan ataupun yang membuat takut seorang individu atau kelompok.
Hate speech sering dilakukan dan menjadikan kebebasan bagi para mahasiswa, buruh, rakyat yang tertindas, ataupun rakyat yang tidak memperoleh ketidakadilan yang ditujukan kepada pemerintah agar mendengar semua perasalahan dan keluhan yang diharapkan akan segera ditangani oleh pemerintah.
Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang penanganan ujaran kebencian atau hate speech telah membuat kontroversi antara pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat. Dengan adanya surat edaran tersebut dikhawatirkan akan membungkam kebebasan pers dan pada akhirnya dapat melumpuhkan demokrasi. Tetapi Kapolri Jend. Badrodin Haiti menjelaskan bahwa pers tidak perlu khawatir dengan adanya Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tersebut dijamin tidak akan membatasi kebebasan pers.
Di sisi pandangan mahasiswa pada Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 dapat berpotensi menjerat banyaknya para aktivis, pengamat politik, dan juga para mahasiswa yang sering kali mengkritisi jalannya politik di Indonesia ini. Disaat aktivis, pengamat politik, dan mahasiswa menyampaikan pendapat bisa terbatas atau bahkan memilih untuk bungkam dengan adanya Surat Edaran tersebut dan pada akhirnya demokrasi pun lumpuh.
Saya sebagai mahasiswa masih kurang setuju dengan adanya Surat Edaran ini dikarenakan surat ini membatasi gerak gerik mahasiswa untuk berpendapat yang ditakutkan tidak sesuai dengan Surat Edaran tersebut dan dapat dikenakan pasal pada akhirnya juga terkena proses hukum. Saya selaku mahasiswa juga tahu bagaimana cara mengkritisi dengan baik dan tidak bermaksud untuk mencemarkan nana baik, mengina, mencemooh dan lain sebagainya, kami sebagai mahasiswa hanya ingin Indonesia jadi lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar